Oke, gua mulai cerita dari beberapa minggu sebelumnya saat salah 1 komponen gua rusak, ya modul RFID gua rusak bro, sebabnya gara2 gua nekat bongkar solderannya cuma buat ganti posisi aja, dari atas jadi kebawah. Efeknya gak detek tu alat. Setelah tanya sana sini, gua nyerah. RIP dienya. Kondisi keuangan gua saat itu bokek abis, gara gua abisin buat beli labtop baru sekalian tambah ram bulan sebelumnya. catet 1 masalah sudah.
Mau ndak mau, gua pake jalan pintas yang memalukan buat gua yaitu minta duit orang tua *memalukan versi gua ya, karena gengsi aj padahal bulan sebelumnya masih minta juga. hadeh.
Hampir seminggu setelah alat gua rusak, dan kondisi keuangan gua kering, tiba - tiba banyak yang menghubungi gua minta dibuatin aplikasi atau sistem. Sebenarnya gua janji dengan diri sendiri, buat nolak dan fokus pada skripsi. Tapi dasar, gua terpedaya karena memang gua butuh uang buat ndak minta lagi dengan mamak. Dari situlah gua ndak bisa bedakan rasa syukur dan malah mengeluh.
konsekuensi atas pilihan yang gua ambil itu, gua dikejar kejar dealine, lembur sana sini, skripsi gua abaikan. Demi sebuah yang namanya pundi pundi uang ditabungan. Gua pun minta bantu kawan kawan gua karena ndak sanggup mengerjakan semuanya sendiri. Sesuatu yang menjadi sumber masalah di sini adalah walau di kejar deadline gua ndak memantaskan diri atas deadline tersebut, gua masih banyak mainnya. akibatnya gua kehilangan fokus mana yang namanya prioritas. *masalah hidup yang kedua
Saat beberapa pekerjaan gua udh menampakkan hasil, rasa sombong gua mulai keluar, merasa ada uang yang membuat hidup gua bahagia, gua boros, gua cerita sana sini tentang apa yang sedang gua lakukan, dan merasa orang paling hebat dan paling penting. Gua sempat di tawari pekerjaan dengan nilai nominal yang fantastis menurut gua. (padahal gua belom lulus). Tapi dari sini akal gua masih bekerja dan masih mau berkonsultasi ke orang yang menurut gua jangan sampai gua salah ambil keputusan. Pekerjaan tersebut gua tolak. *sedih, tapi memang konsekuensi yang gua terima kalau gua ambil resikonya sangat besar dan gua ndak mau mamak gua sedih kalau ternyata gua gagal memenuhi keinginannya buat lulus. Hidup seakan begitu mudah bagi gua pada minggu ini. Mau apapun tinggal ambil di atm. Gua terpedaya akan suasana santai, gua malas malasan lagi. Gua kehilangan fokus, gua mengerjakan ulang skripsi dari bab 1 padahal belum seharusnya dan kerjaan gua belum sepenuhnya selesai gua telantarkan. Masalah pada minggu ini adalah gua boros dan buang - buang waktu.
Memasuki bulan desember, deadline pekerjaan dan deadline skripsi mulai sangat menyiksa gua. Gua terbebani, ndak bisa mikir. Gua hanya bisa mengeluh tanpa membuat aksi nyata dengan bekerja lebih keras, gua terlalu malas dengan berfikir kalau ada malaikat yang akan menolong gua. Dan itu benar-benar salah. Diminggu inilah masalah kecil menjadi besar. Komponen alat skripsi gua dirubah menjadi mika yang awalnya plastik murahan. Gua membuatnya asal-asalan sehingga tanpa sengaja bor listrik menngenai raspberry pi dan membuatnya konslet ndak mau menyala. Disaat gua sedang pening-peningnya mikirin nasip raspberry gua (punya teman gua lebih tepatnya, karena itu barang pinjaman) gua di ajak ke sanggau buat presentasi project yang sebenarnya belum selesai. Dan gua pun tanpa alasan langsung mengiyakan. Saat itu pikiran gua, lari dari masalah
semoga minggu ini, berganti jadi minggu yang bahagia